Paradigma Baru Politik Seorang Andi Sudirman Sulaiman

By Admin


Oleh: Makmur Gazali  

“POLITIK Pilkada itu bukan kompetisi, namun ajang masyarakat-warga untuk mencari “pelayan’ yang terbaik untuk kemaslahatan bersama”. Kalimat ini meluncur dari seorang anak muda. Namanya Andi Sudirman Sulaiman.

Dalam konstalasi politik, khususnya di daerah Sulawesi Selatan, nama Andi Sudirman Sulaiman memang terbilang baru. Namun kalimat yang meluncur dari kata-katanya sempat membuat saya terkesima.

Bagaimanapun, persepsi politik yang selama ini mengakar kuat dalam persepsi masyarakat dan bahkan dijadikan adigium oleh para politisi adalah politik itu adalah ‘rimba belantara” di mana tak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan untuk berkuasa.

Dalam kepentingan menaiki tangga kekuasaan ini pun, hukum besi politik Machiavelli di mana ‘segala cara akan dilakukan untuk meraih kekuasaan” dijadikan ‘kitab suci”. Hasilnya dari paradigma itu memang sedikit memilukan. Saling sikut, fitnah, hoax, ujaran kebencian menjadi santapan harian di ranah politik kita akhir-akhir ini.

Tak mengherankan bila kalimat yang meluncur dari Andi Sudirman Sulaiman seperti semacam ‘oase’ sejuk di tengah kerontangnya dunia politik kita. Dan hal ini sanggup melumerkan gambaran ‘wajah’ politik kita yang sering terlihat kejam, kaku dan penuh intrik.

Paradigma politik baru yang diusung oleh Andi Sudirman Sulaiman, untuk sebagian politisi yang telah tua mungkin dianggap ‘pemanis mulut’ semata. Namun dalam realitas kaum muda, generasi milenial, paradigma ini memang telah bertumbuh pesat. Dengan demikian dalam takaran tertentu, suara Andi Sudirman Sulaiman merupakan representasi kaum muda yang memang cenderung muak dengan ‘gaya politik Machiavelli’ yang sangat dibaluri oleh ‘permainan’ intrik dan penuh ambisi kekuasaan yang membumbung.

Politik kaum muda adalah politik sederhana, lurus, apa adanya, namun meninggikan nilai-nilai kreativitas, kejujuran dan keinginan besar untuk mengabdi. Kerja profesional dan punya ‘rasa malu’ adalah patokan kaum muda dalam meletakkan dirinya di bidang apapun, tak terkecuali bidang politik.

“Politik bukanlah kompetisi, tapi ajang warga mencari seorang ‘pelayan’ untuk membawa mereka menapaki tangga kesejahteraan”. Poltik adalah pengabdian dan dengan pengabdian itu kita akan bahagia bila telah membahagiakan orang lain (rakyat).

Saya yang mendengar ucapan ini mendadak menemukan harapan baru. Karena, jujur, selama ini saya termasuk orang yang cukup alergi bersentuhan dengan politik praktis. Ucapan Andi Sudirman Sulaiman membikin saya percaya kembali bila politik itu pada galibnya adalah kerja pengabdian. Bukan amukan ambisi kekuasaan yang hanya melihat kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok. Politik itu untuk kemaslahatan seluruh rakyat. Termasuk rakyat kecil seperti saya. (*)